Pemerintah Provinsi Riau berniat akan membangun Museum Pusat Bahasa Melayu. Selain itu juga akan dibangun monumen Bahasa Melayu sebagai tanda ingatan masyarakat bahwa bahasa Melayu merupakan akar dari bahasa Indonesia.
“Rencana pembangunan museum dan monumen bahasa melayu ini, merupakan rekomendasi dari seminar nasional yang diikuti 20 utusan provinsi yang dilaksanakan di Pekanbaru kemarin,” kata Gubernur Riau, Rusli Zainal
Menurut Gubernur, hasil rekomendasi itu menyebutkan, perlunya dibangun meseum Bahasa Melayu di Riau nantinya akan dijadikan sumber pembelajaran baik untuk masyarakat tempatan atau masyarakat Indonesia pada umumnya. Bahasa melayu, dinilai telah menjadi ruh bagi puak melayu dan puak lain sebagai sebuah identitas bersama bagi negara-negara di Asia Tenggara.
“Dimana jumlah penutur bahasa ini tidak kalah dari penutur bahasa-bahasa besar dunia yang lain bahkan lebih banyak dari pengguna bahasa Perancis yang dinilai paling elok di dunia,” kata Rusli.
Sedangkan menurut Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa RI, Aminudin Azis, menyebut, bahasa melayu yang digunakan di Riau dan Kepri adalah asal bahasa Indonesia yang pernah terbina secara intensif pada pertengahan abad ke 19. Bahasa Melayu ini dipergunakan sebagai pemersatu bahasa pengantar kemasyarakatan di masa kerajaan Riau-Lingga.
“Bahasa Melayu tersebut terus berkembang sesuai dengan zaman dan kebutuhan bangsa Indinesia dalam hubungan kesejagatan. Jadi sangat wajar bila kita juga merekomendasikan Riau dan Kepri dijadikan pusat museum bahasa Melayu,” katanya.
Pemerintah Pusat serta masyarakat Riau dan Kepri, papar Aminudin, harus bersinergi untuk mengembangkan bahasa Melayu dengan tetap mempertimbangkan dinamika kebahasaan Melayu di masing-masing provinsi.
“Pemerintah Riau dan Kepri juga kita harapkan sebagai pelopor untuk mensinergikan pengembangan bahasa Melayu di kawasan bahasa Melayu lainnya baik di Indonesia dan negara serumpun Melayu,” katanya.
Gubernur Riau menambahkan, bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia perlu dilihat secara jujur karena ada pendapat dari pengamat bahasa dan budaya yang memandang asal muasal ini tidak penting. Sehingga bagaimana peranan bahasa Melayu Riau-Kepri yang telah dibina dan dipelihara oleh Raja Ali Haji dan para cendekiawan Riau masa itu, dalam perjalanannya hampir tidak pernah terungkap secara jujur.
“Dengan seminar yang mengambil tema sumbangsih bahasa Melayu sebagai asal bahasa Indonesia dikaitkan dengan azam mewujudkan bahasa Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara dan Citra Bhineka Tunggal Ika merupakan ungkapan jujur yang harus diakui oleh bangsa ini. Sebagai bentuk penghargaan perjuangan yang dilakukan Raja Ali Haji dan kawan-kawan dimasa lalu,” katanya.
“Khusus Riau dan Kepri, meski dipisahkan secara administrasi tetapi secara kultural tetap satu, sebagai Provinsi yang pada dasarnya satu Gubri mengajak untuk bersama mengembangkan bahas melayu sebagai bahasa persatuan bukan hanya nasional tetapi juga Internasional khususnya oleh negara-negara melayu di dunia,” tutup Rusli Zainal.
0 komentar:
Posting Komentar
Apa pendapat anda tentang artikel diatas??
pendapat anda sangat berarti bagi kami, untuk artikel di atas.. :)